Sabtu, 01 November 2014

PERAN ORANG TUA DALAM MENAGGULANGI PERGAULAN BEBAS


Anak harus diselamatkan dari pengaruh negatif globalisasi melaui orang tua


      Para remaja harus di selamatkan dari pengaruh negatif globalisasi. Zaman globalisasi merupakan zaman kebebasan bagi para remaja. Remaja bebas memilih kebudayaan-kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan negara, contohnya saja pergaulan bebas atau free sex yang sangat bertentangan dengan kebudayaan kita. Pada saat ini pergaulan bebas sudah mewabah, berpacaran sudah dianggap biasa oleh para remaja penikmat cinta monyet. Cinta kanak-kanak yang tidak mempunyai kepastian. Para remaja tidak malu lagi untuk bergandengan tangan di depan umum, memamerkan kemesraan mereka yang sifatnya palsu belaka. Zaman ini bagaikan zaman metroseksual oleh para remaja di masa transisi. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu menyongsong negara menjadi negara yang lebih baik, namun apa yang terjadi jika para remaja kita telah terjerumus pergaulan bebas? Apa jadinya negara ini bila remaja harapan bangsa rusak digerus zaman.
                Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan oleh sebuah hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi (Dinkesprov) Aceh pada tahun 2012.  Kota Lhokseumawe menduduki peringkat pertama terbanyak pelaku seks pranikah di kalangan pelajar, yaitu 70%, menyusul Banda Aceh sebanyak 50% (Serambi, 15/2/2013). Tidak hanya itu, dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada 2002-2003, dilaporkan bahwa remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun, saat itu masih pada angka 34,7% untuk remaja putri dan 30,9% untuk remaja putra. Sedangkan temuan terakhir sudah menunjukkan peningkatan sampai menyentuh 93.7% (Seputar Indonesia, 24/2/2012). Para remaja sudah terlalu dalam menelusuri dunia seks, hal ini membuktikan kelalaian orang tua dalam memberikan perhatian dan pengawasan pada anaknya.
Pergaulan bebas sulit untuk dihindari oleh para remaja, dikarenakan pada masa tersebut  rasa ingin tau dan rasa ingin mencoba sangat tinggi. Oleh karena itu peran orang tua sangat diperlukan oleh para remaja agar dapat terhindar dari pergaulan bebas. Remaja memerlukan motivasi, perhatian, serta pengawasan dari orang tua. Remaja memerlukan sebuah motivasi dari orang tua agar dapat tumbuh dengan penuh semangat sehingga dapat mencapai cita-cita dan tujuan hidup. Motivasi orang tua tidak harus secara langsung menyatakan bahwa mereka harus menghindari pergaulan bebas, karena apabila hal itu terjadi seorang  anak akan penasaran dengan hal yang dilarang tersebut, sehingga memacu rasa ingin mencoba sang anak.
Perlu kita ingat bahwa usia remaja adalah masa rasa ingin mencoba yang sangat tinggi. Maka dari itu orang tua dapat menyampaikan motivasi kiasan yang mengarah pada larangan tersebut agar sang anak tidak merasa kebebasannya dikekang ataupun hak bebasnya dibatasi. Contohnya saja memotivasi anak untuk belajar baik belajar umum maupun belajar agama. Dengan belajar, secara tak langsung sang anak akan mengetahui dampak negatif dari pergaulan bebas dari segi manapun, anak akan tau bahwa pergaulan bebas dapat menghancurkan hidupnya, negaranya, membuat malu orang tua, membuat prestasi menurun, merugikan orang lain, dan lain sebagainya. Apalagi belajar agama, akan lebih memperkuat iman anak sehingga anak akan lebih menjaga pergaulan  dan lebih cenderung mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
                Selanjutnya, perhatian orang tua. Seorang anak memerlukan perhatian dari orang tua, karena tanpa perhatian anak akan merasa kesepian sehingga mencarinya di luar lingkungan keluarga. Akibatnya anak dengan mudah akan terjerumus dalam pergaulan bebas. Namun orang tua juga tidak boleh mengekang kebebasan anak, karena apabila itu terjadi maka sang anak akan sulit bersosialisasi dan selalu bergantung pada orang tua. Orang tua juga perlu memberikan pengawasan kepada anaknya, perlu mengawasi tata cara bergaul anak, dengan siapa bergaul, berapa luas pergaulannya dan sebagainya. Pengawasan orang tua jangan sampai membuat anak merasa dibatasi namun pengawasan yang diberikan seukupnya saja, biarkan anak mengarungi dunianya yang penuh dengan kupu-kupu kedewasaan namun tetap dalam pengawasan orang tua.
Perlu diingat apabila anak kekurangan perhatian dan pengawasan kemungkinan anak nantinya akan bersifat temperamental. Anak akan bebas melakukan segala sesuatu baik itu keburukan maupun kebaikan, semua itu tergantung dari orang tua. Itulah ketiga hal yang sekiranya dapat dilakukan oleh orang tua agar anaknya dapat terhindar dari pergaulan bebas. Ketiga hal tersebut perlu diterapkan, agar angka pergaulan bebas semakin menurun dari waktu ke waktu. Dengan adanya kombinasi motivasi, perhatian dan pengawasan orang tua, maka akan mempermudah terhindarnya anak dari pergaulan bebas.